Selasa, 25 Februari 2014

Seni Berhenti

Seni Berhenti

Terus berlari, itulah ciri dominan kehidupan modern. Di sekolah berlari agar cepat lulus. Di tempat kerja berlari agar naik pangkat. Di rumah pun berlari karena dikejar target. Sehingga mudah ditebak, kehidupan jadi mudah lelah. Lebih dari sekadar lelah, energi untuk hidup segar bugar di hari ini jadi hilang. Kreativitas dan vitalitas hidup lenyap entah ke mana.

Dulunya, banyak orang berasumsi semakin keras seseorang berusaha maka semakin bagus hasilnya. Ini yang menyebabkan orang berkejaran dan berlari. Sekarang, setelah bumi ini digoda cuaca ekstrim, angka bunuh diri menaik, WHO meramalkan sakit mental akan sangat mengkhawatirkan di tahun 2020, sudah saatnya merenungkan ulang hidup yang berlari. Sekaligus mulai mempelajari seni berhenti.

Seni berhenti bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan mendalami wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Di tingkat berlari, kebahagiaan berarti terpenuhinya keinginan. Karena keinginan berlari maka hidup pun berlari. Di tingkat berhenti, kebahagiaan berarti mengembangkan rasa berkecukupan di dalam. Berkecukupan membuat seseorang mudah mengalami keterhubungan. Keterhubungan inilah sumber banyak keberlimpahan.(kkgp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar