Seni Berhenti
Terus berlari, itulah ciri dominan kehidupan
modern. Di sekolah berlari agar cepat lulus. Di tempat kerja berlari
agar naik pangkat. Di rumah pun berlari karena dikejar target. Sehingga
mudah ditebak, kehidupan jadi mudah lelah. Lebih dari sekadar lelah,
energi untuk hidup segar bugar di hari ini jadi hilang. Kreativitas dan
vitalitas hidup lenyap entah ke mana.
Dulunya, banyak orang berasumsi semakin keras seseorang berusaha maka semakin bagus hasilnya. Ini yang
menyebabkan orang berkejaran dan berlari. Sekarang, setelah bumi ini
digoda cuaca ekstrim, angka bunuh diri menaik, WHO meramalkan sakit
mental akan sangat mengkhawatirkan di tahun 2020, sudah saatnya
merenungkan ulang hidup yang berlari. Sekaligus mulai mempelajari seni
berhenti.
Seni berhenti bukan berarti tidak melakukan apa-apa,
melainkan mendalami wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Di tingkat
berlari, kebahagiaan berarti terpenuhinya keinginan. Karena keinginan
berlari maka hidup pun berlari. Di tingkat berhenti, kebahagiaan berarti
mengembangkan rasa berkecukupan di dalam. Berkecukupan membuat
seseorang mudah mengalami keterhubungan. Keterhubungan inilah sumber
banyak keberlimpahan.(kkgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar