Alamat: Dukuh Krajan Rt /Rw 02/02 Desa Adinuso Kecamatan. Subah Kabupaten. Batang Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 51262 Hp.082313675333 Gmail:mi.adinuso.sbh@gmail.com
Minggu, 02 November 2014
Rabu, 14 Mei 2014
VISI DAN MISI
I. VISI
"Terwujudnya generasi muslim yang sholeh, , menguasai IMTAQ dan IPTEK"
II. MISI
1. Melaksanakan proses pembelajaran yang profesional interaktif serta menyenangkan.
2. Melaksanakan kegiatan peribadatan, pembinaan secara intensif dan pembiasaan.
3. Melaksanakan mengembangkan seni dan keterampilan siswa sebagai bekal
mengembangkan kemampuan diri.
4. Melaksanakan pembinaan akhlak sesuai nilai-nilai keislaman.
5. Memberikan kemampuan akademik, penguasaan IPTEK serta keterampilan untuk
melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
6. Melaksanakan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh komponen dan warga
masyarakat.
V. TUJUAN
• Memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah SWT.
• Memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan mendalam.
• Memiliki keterampilan keagamaan.
• Memiliki motivasi dan kometmen yang tinggi untuk mencapai prestasi akademik.
• Memiliki sikap cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme.
• Memiliki kemampuan berorganisasi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi.
• Memiliki kemampuan bersosialisasi, beradabtasi dengan lingkungan dan mandiri
"Terwujudnya generasi muslim yang sholeh, , menguasai IMTAQ dan IPTEK"
II. MISI
1. Melaksanakan proses pembelajaran yang profesional interaktif serta menyenangkan.
2. Melaksanakan kegiatan peribadatan, pembinaan secara intensif dan pembiasaan.
3. Melaksanakan mengembangkan seni dan keterampilan siswa sebagai bekal
mengembangkan kemampuan diri.
4. Melaksanakan pembinaan akhlak sesuai nilai-nilai keislaman.
5. Memberikan kemampuan akademik, penguasaan IPTEK serta keterampilan untuk
melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
6. Melaksanakan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh komponen dan warga
masyarakat.
V. TUJUAN
• Memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah SWT.
• Memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan mendalam.
• Memiliki keterampilan keagamaan.
• Memiliki motivasi dan kometmen yang tinggi untuk mencapai prestasi akademik.
• Memiliki sikap cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme.
• Memiliki kemampuan berorganisasi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi.
• Memiliki kemampuan bersosialisasi, beradabtasi dengan lingkungan dan mandiri
Rabu, 07 Mei 2014
DEWAN GURU MADRASAH
LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF NU MWC KEC. SUBAH
MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH ADINUSO SUBAH
TERAKREDITASI B NPSN:60713251.......NSM:111233250084 Web: miadinuso.sch.id Email: mi_islamiyah_adinuso@yahoo.co.id Alamat : JL Ds Adinuso Dk. Krajan RT/RW 02/02 Kec.Subah, Kab. Batang Telp. (0285) 666 742
Rabu, 26 Maret 2014
Senin, 10 Maret 2014
GURU
Di dunia ini, sosok guru bisa ditemukan dimana saja dan kapan saja. Sosok guru bagai sebuah mesin yang setiap saat "memproduksi" murid-muridnya menjadi manusia yang baik. Yang dimaksudkan di sini adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang kelak akan menjadi sosok yang mampu bersosialisasi dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang pasti melalui proses pembelajaran, baik formal dan atau nonformal, atau keduanya. Tentunya, proses pembelajaran memerlukan adanya sosok guru.
Senin, 03 Maret 2014
Pentingnya Bertawakkal dalam Mencari Rezeki
Ketika lapangan pekerjaan semakin sempit, kesempatan meraih hasil yang lebih banyak semakin kecil, dan ketika persaingan hidup menjadi lebih kompetitif di masa kini dan akan datang, maka waktu semakin lebih berharga, baik di tempat kerja, di rumah, dan di lingkungan sosial. Bahkan, selain itu, kita masih dihadapkan pada semakin tingginya tuntutan akan kebutuhan hidup dan besarnya pengeluaran yang harus kita bayar. Agar kita dapat keluar dari kemelut kehidupan dan mampu menjadikan aktivitas hidup berdimensi ibadah (vertikal dan horizontal), maka kita perlu bertawakkal kepada Allah Swt. atas rezeki dan keinginan untuk meraihnya-karena adanya berbagai macam kebutuhan hidup.
Pentingnya bertawakkal dalam mencari rezeki didasarkan pada dua alasan, yaitu:Pertama, tawakkal menjadikan seseorang bebas dari beban duniawi, sehingga ia dapat beribadah dengan baik dan tenang. Orang yang tidak bertawakkal mustahil dapat menyibukkan diri dalam beribadah karena terlalu memikirkan kebutuhan hidup yang banyak, keinginan mencari rezeki, dan kemaslahatan, baik lahir maupun batin. Kesibukan-kesibukan lahiriah yang sering kali melupakan (melalaikan) ibadah dapat berupa banyaknya pekerjaan dan usaha dalam mencari rezeki. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang yang ingin menumpuk kekayaan (ar-raghibin). Adapun kesibukan batiniah berupa pikiran, keinginan, dan kegelisahan hati untuk mencari rezeki.
Dalam pelaksanaan ibadah, dibutuhkan kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh agar segala elemen yang terkait dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada. Kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh hanya terjadi bila seseorang mau bertawakkal. Dengan kata lain, hanya orang-orang bertawakkallah yang mampu meraih kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh.
Adapun orang yang lemah hatinya hampir tidak akan mencapai ketenangan dalam jiwanya, kecuali hanya pada hal-hal yang sudah diketahuinya dan menjadi kebiasaannya. Di samping segala urusan penting, baik yang berkaitan dengan dunia dan akhirat, hampir dipastikan dia tidak pernah mencapai kesempurnaan.
Imam al-Ghazali juga mengatakan, banyak sekali hal-hal yang saya dengar dari guru saya, Abu Muhammad. Bahwasanya beliau mengatakan, "Segala persoalan yang ada di dunia ini berjalan atas dua orang; orang yang bertawakkal (al-mutawakkil) dan orang yang kurang perhitungan (al-mutahawwir)." Pernyataan tersebut memiliki makna yang luas. Orang yang kurang perhitungan akan mendasarkan pekerjaannya pada kekuatan dan keberanian saja, tanpa memikirkan atau menimbang-nimbang dampak positif dan negatif dari tindakan yang diambilnya.
Adapun orang yang berawakkal, maka segala perbuatannya didasarkan pada pemikiran dan perencanaan yang matang, keyakinan yang kuat terhadap janji Allah Swt., dan kebenaran atas apa yang dijanjikan oleh-Nya. Karena itu, ia tidak akan merasa takut dengan ancaman manusia dan gangguan serta bujuk rayu setan. Dalam hatinya, tertancap satu keyakinan bahwa ia akan berhasil mencapai maksudnya dan meraih keinginannya.
Adapun orang yang hatinya lemah, maka ia akan selalu dihantui berbagai macam perasaan antara tawakkal, keraguan, dan keyakinan. Orang seperti ini diibaratkan burung dalam sangkar yang hanya bisa memandang gerak-gerik pemiliknya, sementara ia tidak bisa membuka pintunya walaupun keinginannya untuk keluar dari sangkar itu sangat besar. Kategori orang seperti ini menggantungkan harapan yang besar dan ingin menggapai angkasa, tetapi ia sering gagal dalam merencanakan tujuannya karena kurang wawasan (pengetahuan). Demikian pula iasering memimpikan kemuliaan, ibarat pungguk merindukan rembulan, namun impiannya tersebut hampir tidak pernah terwujud dalam kenyataan, apalagi sampai pada tingkat kesempurnaan.
Lihat dan perhatikan manusia yang bercita-cita! Mereka tidak akan dapat mencapai derajat yang tinggi dalam kehidupan kecuali jika mereka telah mampu dan sukses merencanakan tujuannya, rela mengorbankan keinginan akan jiwa, kekayaan, dan keluarga mereka semata-mata karena Allah. Orang-orang yang orientasinya adalah Allah dan Hari Akhir, mereka telah mempersiapkan diri dengan modal spiritual yang utama, yaitu tawakkal dan berupaya mencegah hati dan seluruh eksistensi dirinya dari ketergantungan-ketergantungan duniawi. Jika seorang hamba mampu mengaplikasikan konsep ini dengan baik dan benar, maka is akan dapat melaksanakan aktivitas ibadahnya dengan rasa khusyuk dan sikaptawadhu', khudhu', dan thuma'ninah. Maka, tidak ada bedanya bagi mereka ketika berada di dalam kondisi bagaimanapun, dan situasi apa pun juga tidak berengaruh bagi eksistensi diri mereka di hadapan Allah.
Mereka mampu mengondisikan dirinya menjadi sepi di tengah keramaian dan ramai di tengah kesepian. Dengan demikian, orang-orang seperti ini akan menjadi hamba-hamba Allah yang diberi-Nya kekuatan, manusia yang paling terpimpin bersama-Nya, dan penguasa-Nya di bumi (khalifah Allah). Mereka dapat beribadah dan menuntut ilmu sesuai dengan kemauan Allah. Tidak ada yang mampu menghalangi dan merintangi mereka, sebab bagi mereka pada setiap situasi, kondisi, ruang (tempat), dan waktu (zaman) adalah sama dan satu esensinya.
Hal ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah Saw. berikut: "Barang siapa ingin menjadi orang yang paling kuat, maka bertawakkallah kepada Allah. Barang siapa ingin menjadi orang yang paling mulia, maka bertakwalah kepada-Nya, dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya, maka hendaklah iamempercayai (meyakini) kekuasaan Allah daripada kekuasaan dirinya,"
Tawakkal adalah suatu sifat dan sikap yang dapat mengantarkan seseorang untuk dapat melihat dunia dan akhirat sebagai kerajaan yang dimiliki dan dikuasai oleh Allah Swt., dan meyakini sepenuhnya akan pengaturan-Nya terhadap dirinya dengan rezeki-Nya yang tersebar luas di segala penjuru dunia ini.
Kedua, orang yang selalu bertawakkal tidak pernah khawatir, takut, dan ragu akan kekurangan rezeki, sebab ia meyakini bahwa bila ia meninggalkan tawakkal, maka ia akan menemul bencana dan bahaya yang besar. la meyakini bahwa Allah senantiasa mengiringi makhluk-Nya dengan rezeki-Nya masing-masing, tanpa adanya diskriminasi atau pengecualian.
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya: "Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." (QS. ar-Rum [30]: 40).
Allah Swt. telah menjanjikan dan memberikan jaminan rezeki kepada siapa pun juga, hal ini mengisyaratkan akan sifat Rahman, Rahim, Wahhab, Razzaq, Fattah, Ghaniy, dan Mughniy-Nya, Berta sifat-sifat Kedermawanan-Nya yang tidak dapat dibatasi dan diperumpamakan dengan sesuatu apa pun juga. Hal tersebut dijelaskan dalam beberapa firman-Nya di bawah ini: "Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 58). "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya, semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud [11]: 6). "Maka demi Tuhan langit dan bumf, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan." (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 23).
Tawakkal adalah termasuk di antara perintah-perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap hamba yang telah berikrar untuk beriman kepada-Nya. Hal ini dapat menjadi barometer kualitas keimanan seseorang di hadapan Allah Swt., sebagaimana isyarat firman-Nya: "Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya." (QS. al-Furgaan [25]: 58).
"Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: `Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. al-Maa'idah [5]: 23).
Jika manusia tidak mau menerima dan membenaran janji Allah, jaminan, sumpah, dan ancaman-Nya, maka bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Siapa lagi yang memberi rezeki selain Allah? Demi Allah, jika demikian halnya, maka inilah yang disebut dengan bencana besar yang menimpa manusia. Na'udzu billah min dzalik. Sumber: Buku Orang Islam Harus Kaya
Tags yang terkait dengan kunci rezeki: kunci rezeki menurut islam, kunci rezeki yang hilang, download document kunci rezeki, mencari kunci rezeki yang hilang, makalah kunci rezeki, tips untuk memperoleh kunci rezeki, rezeki menurut islam, doa melancarkan rezeki.
Pentingnya bertawakkal dalam mencari rezeki didasarkan pada dua alasan, yaitu:Pertama, tawakkal menjadikan seseorang bebas dari beban duniawi, sehingga ia dapat beribadah dengan baik dan tenang. Orang yang tidak bertawakkal mustahil dapat menyibukkan diri dalam beribadah karena terlalu memikirkan kebutuhan hidup yang banyak, keinginan mencari rezeki, dan kemaslahatan, baik lahir maupun batin. Kesibukan-kesibukan lahiriah yang sering kali melupakan (melalaikan) ibadah dapat berupa banyaknya pekerjaan dan usaha dalam mencari rezeki. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang yang ingin menumpuk kekayaan (ar-raghibin). Adapun kesibukan batiniah berupa pikiran, keinginan, dan kegelisahan hati untuk mencari rezeki.
Dalam pelaksanaan ibadah, dibutuhkan kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh agar segala elemen yang terkait dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada. Kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh hanya terjadi bila seseorang mau bertawakkal. Dengan kata lain, hanya orang-orang bertawakkallah yang mampu meraih kelapangan hati dan keleluasaan anggota tubuh.
Adapun orang yang lemah hatinya hampir tidak akan mencapai ketenangan dalam jiwanya, kecuali hanya pada hal-hal yang sudah diketahuinya dan menjadi kebiasaannya. Di samping segala urusan penting, baik yang berkaitan dengan dunia dan akhirat, hampir dipastikan dia tidak pernah mencapai kesempurnaan.
Imam al-Ghazali juga mengatakan, banyak sekali hal-hal yang saya dengar dari guru saya, Abu Muhammad. Bahwasanya beliau mengatakan, "Segala persoalan yang ada di dunia ini berjalan atas dua orang; orang yang bertawakkal (al-mutawakkil) dan orang yang kurang perhitungan (al-mutahawwir)." Pernyataan tersebut memiliki makna yang luas. Orang yang kurang perhitungan akan mendasarkan pekerjaannya pada kekuatan dan keberanian saja, tanpa memikirkan atau menimbang-nimbang dampak positif dan negatif dari tindakan yang diambilnya.
Adapun orang yang berawakkal, maka segala perbuatannya didasarkan pada pemikiran dan perencanaan yang matang, keyakinan yang kuat terhadap janji Allah Swt., dan kebenaran atas apa yang dijanjikan oleh-Nya. Karena itu, ia tidak akan merasa takut dengan ancaman manusia dan gangguan serta bujuk rayu setan. Dalam hatinya, tertancap satu keyakinan bahwa ia akan berhasil mencapai maksudnya dan meraih keinginannya.
Adapun orang yang hatinya lemah, maka ia akan selalu dihantui berbagai macam perasaan antara tawakkal, keraguan, dan keyakinan. Orang seperti ini diibaratkan burung dalam sangkar yang hanya bisa memandang gerak-gerik pemiliknya, sementara ia tidak bisa membuka pintunya walaupun keinginannya untuk keluar dari sangkar itu sangat besar. Kategori orang seperti ini menggantungkan harapan yang besar dan ingin menggapai angkasa, tetapi ia sering gagal dalam merencanakan tujuannya karena kurang wawasan (pengetahuan). Demikian pula iasering memimpikan kemuliaan, ibarat pungguk merindukan rembulan, namun impiannya tersebut hampir tidak pernah terwujud dalam kenyataan, apalagi sampai pada tingkat kesempurnaan.
Lihat dan perhatikan manusia yang bercita-cita! Mereka tidak akan dapat mencapai derajat yang tinggi dalam kehidupan kecuali jika mereka telah mampu dan sukses merencanakan tujuannya, rela mengorbankan keinginan akan jiwa, kekayaan, dan keluarga mereka semata-mata karena Allah. Orang-orang yang orientasinya adalah Allah dan Hari Akhir, mereka telah mempersiapkan diri dengan modal spiritual yang utama, yaitu tawakkal dan berupaya mencegah hati dan seluruh eksistensi dirinya dari ketergantungan-ketergantungan duniawi. Jika seorang hamba mampu mengaplikasikan konsep ini dengan baik dan benar, maka is akan dapat melaksanakan aktivitas ibadahnya dengan rasa khusyuk dan sikaptawadhu', khudhu', dan thuma'ninah. Maka, tidak ada bedanya bagi mereka ketika berada di dalam kondisi bagaimanapun, dan situasi apa pun juga tidak berengaruh bagi eksistensi diri mereka di hadapan Allah.
Mereka mampu mengondisikan dirinya menjadi sepi di tengah keramaian dan ramai di tengah kesepian. Dengan demikian, orang-orang seperti ini akan menjadi hamba-hamba Allah yang diberi-Nya kekuatan, manusia yang paling terpimpin bersama-Nya, dan penguasa-Nya di bumi (khalifah Allah). Mereka dapat beribadah dan menuntut ilmu sesuai dengan kemauan Allah. Tidak ada yang mampu menghalangi dan merintangi mereka, sebab bagi mereka pada setiap situasi, kondisi, ruang (tempat), dan waktu (zaman) adalah sama dan satu esensinya.
Hal ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah Saw. berikut: "Barang siapa ingin menjadi orang yang paling kuat, maka bertawakkallah kepada Allah. Barang siapa ingin menjadi orang yang paling mulia, maka bertakwalah kepada-Nya, dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling kaya, maka hendaklah iamempercayai (meyakini) kekuasaan Allah daripada kekuasaan dirinya,"
Tawakkal adalah suatu sifat dan sikap yang dapat mengantarkan seseorang untuk dapat melihat dunia dan akhirat sebagai kerajaan yang dimiliki dan dikuasai oleh Allah Swt., dan meyakini sepenuhnya akan pengaturan-Nya terhadap dirinya dengan rezeki-Nya yang tersebar luas di segala penjuru dunia ini.
Kedua, orang yang selalu bertawakkal tidak pernah khawatir, takut, dan ragu akan kekurangan rezeki, sebab ia meyakini bahwa bila ia meninggalkan tawakkal, maka ia akan menemul bencana dan bahaya yang besar. la meyakini bahwa Allah senantiasa mengiringi makhluk-Nya dengan rezeki-Nya masing-masing, tanpa adanya diskriminasi atau pengecualian.
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya: "Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." (QS. ar-Rum [30]: 40).
Allah Swt. telah menjanjikan dan memberikan jaminan rezeki kepada siapa pun juga, hal ini mengisyaratkan akan sifat Rahman, Rahim, Wahhab, Razzaq, Fattah, Ghaniy, dan Mughniy-Nya, Berta sifat-sifat Kedermawanan-Nya yang tidak dapat dibatasi dan diperumpamakan dengan sesuatu apa pun juga. Hal tersebut dijelaskan dalam beberapa firman-Nya di bawah ini: "Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 58). "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya, semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud [11]: 6). "Maka demi Tuhan langit dan bumf, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan." (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 23).
Tawakkal adalah termasuk di antara perintah-perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap hamba yang telah berikrar untuk beriman kepada-Nya. Hal ini dapat menjadi barometer kualitas keimanan seseorang di hadapan Allah Swt., sebagaimana isyarat firman-Nya: "Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya." (QS. al-Furgaan [25]: 58).
"Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: `Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. al-Maa'idah [5]: 23).
Jika manusia tidak mau menerima dan membenaran janji Allah, jaminan, sumpah, dan ancaman-Nya, maka bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Siapa lagi yang memberi rezeki selain Allah? Demi Allah, jika demikian halnya, maka inilah yang disebut dengan bencana besar yang menimpa manusia. Na'udzu billah min dzalik. Sumber: Buku Orang Islam Harus Kaya
Tags yang terkait dengan kunci rezeki: kunci rezeki menurut islam, kunci rezeki yang hilang, download document kunci rezeki, mencari kunci rezeki yang hilang, makalah kunci rezeki, tips untuk memperoleh kunci rezeki, rezeki menurut islam, doa melancarkan rezeki.
Rabu, 26 Februari 2014
Kefahaman Al-Quran (Ayat 155-156 surah al-Baqarah)
Tajuk: Ujian dan kesabaran
Tingkatan: Satu
Bilangan Pelajar: 35 orang
Masa : 40 minit
Objektif Khas: 1. Pelajar dapat menerangkan jenis-jenis ujian Tuhan kepada
HambaNya
2. Dapat menerangkan tujuan Allah menguji manusia
3. Dapat menyenaraikan kelebihan orang yang bersabar
Langkah 1. Induksi set
Setelah bertanya khabar dan berdoa, guru menarik perhatian pelajar dengan soalan-soalan yang ada kaitan dengan tajuk. Misalnya. Gambar hujan lebat dan banjir, orang dalam keadaan cemas dan sedang dipindahkah. Guru bertanya: Gambar apa ini? Bagaimana perasaan orang yang ditimpa musibah seperti ini? Dalam keadaan seperti ini apa kita mesti buat? Ya, Islam ajar kita, apabila kita menghadapi kesusahan kita mesti bersabar. Hari ini kita akan membaca ayat-ayat Al-Quran yang mencerita tentang jenis-jenis musibah sebagai ujian Tuhan kepada kita dan menggalakkan kita supaya bersabar.
Langkah 2. Membaca ayat Al-Quran
Guru paparkan ayat di hadapan kelas, sama ada dengan tulisan di papan tulis, carta, LCD, tranparensi dan sebagainya. Guru ambil perhatian murid supaya mendengar bacaan guru. Guru membaca ayat dengan cermat, baik, betul dan fasih. Selepas dua kali guru minta pelajar membaca mengikut bacaan guru. Selepas itu guru minta murid membaca secara perseorangan (bilangan murid bergantung kepada masa). Guru betulkan bacaan yang salah jika ada.
Langkah 3. Perbincangan maksud ayat
Guru beri makna ayat atau guru minta murid membaca makna yang ada dalam buku teks atau makna yang ditulis oleh guru dalam carta. Berdasarkan kepada makna ayat itu guru beri soalan. Contohnya: Apakah yang dijelaskan oleh ayat ini? Apakah jenis ujian Allah kepada manusia seperti yang tersebut dalam ayat ini. Ada tak ujian selain daripada ini? Sebutkan. Guru ulaskan semua jenis-jenis ujian itu. Kemudian guru bertanya: Kenapakah kita diuji dengan musibah seperti itu. Guru ulaskan jawapan murid. Guru bertanya lagi. Apa kita harus buat apabila kita diuji dengan musibah seperti yang tersebut itu? Ya, kita mesti bersabar, kerana bersabar itu banyak faedahnya.
Guru terus berbincang dengan kelas tentang cara bersabar sehingga pelajar faham apa maksud bersabar dan bagaimana tindakan orang yang bersabar berbanding dengan orang yang tidak bersabar.
Langkah 4. Perbincangan dalam kumpulan
Murid dipencahkan dalam beberapa kumpulan. Tajuk yang akan dibincangkan ialah; Apakah hikmah bersabar?. Jika guru mempunyai tajuk lebih daripada satu boleh dibincangkan tajuk yang berlainan bagi tiap-tiap kumpulan. Guru nasihatkan supaya setiap kumpulan melantik seorang pengerusi untuk mengandalikan perbincangan dan seorang jurutulis. Pesankan bahawa di akhir pelajaran setiap kumpulan akan membentangkan hasil perbincangannya.
Setelah cukup masa, guru minta setiap kumpulan menghantar wakil ke depan kelas untuk membentangkan hasilnya. Kalau boleh dilekatkan di papan tulis. Setelah semua kumpulan selesai membentangkan hasil, guru ajak pelajar melihat jika ada yang sama. Kemudian guru buat rumusan bahawa hikmat bersabar itu ialah………
Lebih baik guru tulis dengan ringkas di papan tulis dan minta pelajar menyalinnya sebagai nota. Nota inilah yang akan dijawab dalam peperiksaan nanti.
Langkah 5. Penilaian
Guru padam semua catatan yang ada di papan tulis dan guru memberi soalan kepada kelas. Contohnya:
- Sebutkan jenis-jenis ujian yang diberikan Tuhan kepada manusia ?
- Kenapakah Allah ujikan manusia dengan berbagai macam musibah?
- Berikan tiga hikmah bersabar?
- Apa tandanya orang tidak sabar?
- Apa hukumnya orang yang tidak bersabar?
Langkah 6. Penutup
Guru merumuskan isi pelajaran hari ini dan menasihati pelajar supaya berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nasihatkan pelajar supaya bersabar apabila ditimpa sesuatu musibah, kerana bersabar itu banyak kelebihannya. Setiap orang akan diuji oleh Allah dan ujian ini tidak sama antara seorang dengan seorang, dan orang yang bersabar itu mendapat pahala dan dikasihi Allah.
Selasa, 25 Februari 2014
Kuliah Dasar Wisata Hati KDWH 0135 Takwa dan Interaksi Dengan al Qur'an
Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com
Modul Kuliah : Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-01
Materi Modul : Kuliah Tauhid
Judul Materi : Takwa dan Interaksi Dengan al Qur'an
Seri Materi : Seri 35 dari 41 seri/esai
File Paper: Ada
File Audio Tidak
File Video: Ada
Tugas: Tidak
Takwa dan Interaksi Dengan al Qur'an
(Disertakan file audio yang bisa didownload untuk pengantar kuliah ke-35 ini. Silahkan ya. Mudah-mudahan bermanfaat. Nama file nya: "Manfaatkan Usia Untuk al Qur'an")
Perjalanan hidup ini sepenuhnya rahasia Allah. Kita hanya perlu tahu bahwa Allah akan mengatur yang terbaik, sudah mengatur yang terbaik, dan memberikan hanya yang terbaik. Jalani hidup dengan percaya kepada Allah, ibadah sepenuh hati, dan pasrah akan KehendakNya. Sekuat mungkin lakukan apa yang diperintah, baik wajib maupun apa-apa yang menjadi sunnat, dan tinggalkan kemaksiatan dan dosa. Barangkali inilah dari sekian rahasia supaya hidup mengalir tenang, aman, dan banyak kemudahan.
Dan dalam hidup ini, ada saja kemudian peristiwa yang kurang mengenakkan terjadi di dalam hidup kita. Sehingga kemudian jadilah kita bahagian orang yang malah tambah dekat dengan Allah, atau sebaliknya, malah meratapi dan menyumpahi hidup ini. Ada orang-orang yang Allah bukakan jalan kedekatan dengan-Nya, justru karena beban hidup yang bukan kepalang berat dan besarnya. Tapi ada yang bertambah jauh dengan Allah sebab kesulitan hidupnya. Begitulah. Hidup ini isinya barangkali hanya ada dua pilihan; jalan lurus dan jalan sesat; jalan syukur atau jalan kufur; jalan ibadah atau jalan maksiat.
Ada seorang yang merasa ga bisa memberi apa-apa buat orang tuanya, lalu bergaul dengan para hedonis dan mengambil "manfaat semu" dari sana. Ia berikan orang tuanya dunia. Tapi ia korbankan kehormatan dengan menjadi pelacur misalnya; baik pelacur bener maupun yang samar. Namun ada juga mereka-mereka yang ketika tidak bisa memberikan apa-apa ke orang tuanya lalu ia tempuh jalan anak-anak saleh untuk orang tuanya. Tidak ada dunia yang dibawa ke orang tuanya, tapi kebaikan demi kebaikan mengalir untuknya. Dan ini juga kelak akan menghasilkan cahaya dunia untuk dia dan orang tuanya.
Ada keluarga dan anak istri yang disuapi dari harta haram. Bahagia hidup bergelimang dunia tanpa keluarga dan anak istrinya sadar disuapi dari rizki haram. Kelak, banyak sekali masalah di keluarga ini. Salah satunya bisa saja justru keluarga ini bisa kehilangan sang suami. Atau suami yang kehilangan anak istri, sebab satu dua kejadian.
Ada orang miskin yang mengambil hak-hak orang dan menempuh jalan judi sebagai jalan yang bisa mengubah kemiskinannya. Banyak orang miskin yang kemudian menjadikan tangannya sebagai wasilah meminta-minta. Tidak sedikit orang miskin yang menjadi mitra tangan-tangan kotor lalu menyambung hidupnya dengan rizki kotor. Sebab itulah hidup mereka ini tetap miskin dan bertambah miskin. Kalaupun kemudian mereka-mereka ini kaya, mereka akan tetap miskin. Allah akan buat hidupnya selalu kurang dan tak terpuaskan. Bahkan tidak sedikit mereka yang jadi miskin lagi setelah
Sementara itu, kita menemukan banyak juga orang miskin yang bertahan menjaga perutnya dari barang-barang yang haram. Ia kejar kemiskinannya itu dengan mempergiat bangun malam dan shalat dhuha. Ia prihatinkan diri dengan berpuasa sunnah. Dan ia jalankan hidup ini dengan ridha dan ikhlas. Bisa jadi hidupnya tetap miskin. Tapi Allah hadirkan ketenangan dalam hidupnya, rumah tangganya langgeng, rizkinya sedikit tapi jadi daging dan enak dimakan. Tidak berubah jadi penyakit. Petaka jarang sekali hadir di kehidupannya. Dan banyak kemudahan di tengah-tengah kekurangan; anak sakit, dikasih cepat sehat. Tanpa berobat. Anak kurang biaya, tapi Allah kirimkan beasiswa dari tangan orang lain. Tak punya kendaraan, tapi Allah hilangkan keperluan berkendaraan; bersaudara dekat-dekat, berkantor tinggal jalan kaki, dan lain-lain. Beda dengan sebagian dari kita, yang punya kendaraan, tapi Allah terbangkan ke sana kemari dengan kendaraannya itu, yang akhirnya malah bertambah-tambah jauh dari keluarga dan Allah. Bahkan Allah tambahkan kendaraan dengan kendaraan yang lebih hebat dan lebih mahal, yang malah menambah jauh dirinya dengan keluarga dan Allah.
Ada yang kepengen punya usaha, lalu mencari modal dari selain Allah. Sementara ada yang menggiatkan bangun malam dan dhuha, serta bersedekah. Ya, saya tidak sedikit menerima konselingan gagal bayar kredit. Usahanya halal, cara-cara usahanya benar. Ternyata sayang, di proses kreditnya, ada kebohongan dan suap. Banyak data dimanipulasi supaya kredit bisa cair, dan tidak jarang melakukan praktik suap walo sekedar dengan menjanjikan sesuatu bagi officernya. Atau ada yang prosesnya benar, ikhtiarnya benar, usahanya halal, tapi tetap bangkrut juga. Selidik punya selidik, shalat wajibnya jadi keteteran, shalat-shalat sunnahnya malahan jadi hilang. Hubungan dengan orang tua jadi jauh, dengan adik-adik malah tak ada silaturahim, dengan tetangga menjadi tak lagi dekat. Jika demikian, maka dicabut usahanya oleh Allah adalah jauh lebih baik. Sadari lagi saja, minta ampun sama Allah, dan ikhtiar lagi yang benar. Insya Allah, Allah akan berkenan memberi lagi apa yang dicabut-Nya. Ada di antara mereka yang bertahan tidak mengapa tidak diberi modal lagi untuk pengembangan usaha. Mereka merasa cukup. Sehingga tidak perlu mereka ini merekayasa laporan keuangan dan aset. Ternyata kemudian Allah berikan keselamatan buat mereka dan usahanya berkembang juga dengan izin dan takdir-Nya.
Ada orang yang kepengen kerja. Ia tempuh jalan-jalan kotor. Ia siapkan jalan pelicin. Dan tidak jarang perbuatannya itu yang melahirkan orang-orang kotor yang tadinya bersih. Pekerjaan ia dapatkan, namun keberkahan Allah hilangkan. Punya duit lebih dari tabungan setiap kali kerja, lalu Allah giring dia untuk membeli kendaraan. Baru sebulan dipake itu kendaraan, sudah mengantarkan maut untuk keluarganya. Mobil ringsek, keluarga celaka, uang terbuang sia-sia. Sementara ada yang meminta kepada Allah pekerjaan. Ia bertahan untuk tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membuat Allah murka. Ia minta sama Allah lewat jalan ibadah. Ada yang belum Allah berikan pekerjaan, namun Allah tetap tanggung rizkinya dan hidupnya tetap mulia. Ga jadi hina sebab tak ada pekerjaan. Saya pun tidak sedikit menemukan yang begini ini. Tidak kerja, namun Allah menyediakan keperluan hidup baginya. Ia tidak menjadi beban buat orang lain, sebab ia tidak meminta. Banyaklah keanehan dari matematika dan mekanisme hidup ini.
Dan ada sebagian kawan yang bertanya, apakah selalu begitu ya? Bahwa yang berbuat baik mesti berkehidupan baik dan yang jahat akan berkehidupan buruk? Bisa ya bisa engga. Pertama, silahkan kembali ke pembahasan materi tentang ukuran anugerah dan masalah. Apakah betul rentetan masalah bener-bener disebut masalah? Bukan anugerah? Dan apakah benar rentetan keberuntungan disebut anugerah? Bukan justru masalah? Kacatama dan ukurannya pakai kacamata dan ukuran yang benar. Sekedar menyegarkan ingatan, anugerah itu adalah jika kita bisa dekat dan ingat sama Allah. Sungguhpun kita berada di situasi-situasi yang menurut orang, berkehidupan buruk. Orang mukmin akan menimati sekali kedekatan dengan Allah, meskipun dia ini cacat, miskin, hina dina dalam pandangan orang, dan serba kekurangan. Orang mukmin tidak akan bahagia bila dia dipandang bagus, mulia, terpandang, kaya, berkecukupan, namun Allah jauh darinya. Dan kemudian sebaliknya, disebut masalah itu adalah jika kita hidup jauh dari Allah dan lupa sama Allah. Ini justru masalah. Maka jika kemudian kita-kita ini hidup banyak uang, karir pekerjaan dan usaha juga sedang bagus-bagusnya,
Kedua, bukan karena amal kita, lalu ditentukanlah hidup enak atau tidak enak. Bukan. Semata karena Kehendak Allah. Tapi orang mukmin akan senantiasa berhusnudzdzan, bahwa apapun yang ditetapkan Allah, ia akan ridha, ikhlas, sabar, syukur. Termasuk mereka-mereka yang bertaubat. Dia akan menerima segala kesusahan, dengan pengalihan kepada ampunan dan kasih sayangnya Allah (lihat-lihat pembahasan sebelumnya yang berkaitan dengan ini ya).
Kita tidak sendirian. Hidup ini ada yang punya. Bahkan kalau Yang Punya Hidup ini menginginkan kita menjadi sulit, ya tidak mengapa juga. Dengan keyakinan bahwa DIA Maha Mengatur dan Berkehendak, insya Allah kesulitan yang DIA beri, akan Allah ubah sendiri menjadi kemudahan.
Ya. Di dalam ilmu tauhid, mengenal Allah sebagai pusat segala kendali, memegang peranan penting untuk membangun ketenangan dan kebahagiaan. Mereka yang mengenal Allah, akan bersedia diatur, terserah kehendak-Nya. Dan tidak ada yang mengucapkan "ia bersedia diatur", kecuali yang benarbenar ikut dan tunduk akan seruan-Nya. Sebab ga bisa seseorang mengatakan, "Saya mah insya Allah pasrah Mas". Tapi kemudian ia tidak bergegas memenuhi panggilan Allah. Tidak pula ia bisa mengatakan, "Saya mengikuti seruan Allah", bila kemudian hidupnya tiada ada ibadah yang serius.
Maka tanda-tanda seseorang itu bertuhan Allah adalah manakala ia bertakwa; Sekuat mungkin menjalankan perintah-Nya, dan sekuat mungkin meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
Sering saya katakan dalam banyak forum. Keberhasilan seseorang menuju hidup enak, berhasil menggenggam dunia, dan hidup tanpa masalah, adalah dengan hanya meniti jalan takwa ini. Dan keberhasilan seseorang keluar dari kesulitannya, sungguh, apabila ia mampu meniti jalan ini. Barangkali jalan ini sempat ia tinggalkan, tapi kemudian ia balik lagi. Maka orang-orang seperti ini yang Allah akan anugerahkan jalan keluar.
"Wa may yattaqillaaha yaj'allahuu makhrajaa. Wayarzuqhuu min haitsu laa yahtasib. Wa may yatawakkal `alallaahi fahuwa hasbuhuu. Innallaah baalighu amrihii. Qad ja'alallaahu likulli syai-in qadraa. Sesiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan jalanjalan keluar dari setiap kesulitannya dan menghadiahkannya dengan rizki yang tiada ia sangka-sangka. Dan barangsiapa yang memasrahkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya. Allah meliputi semua urusan. Sungguh Allah telah jadikan segala sesuatu itu ada ukurannya." (Qs. ath Thalaaq: 2-3)
Renungan
- "Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tak seorangpun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain." (HR Muslim)
- "Ada banyak hal yang tidak dapat kita lakukan, tetapi kita dapat melakukan hal-hal yang dapat kita lakukan. Mari kita mendorong diri kita untuk fokus kepada potensi diri kita daripada keterbatasan kita." (Roma 12:4)
- "Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh orang lain. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh diri sendiri." (Sidharta Gautama)
- "Karena berbicara engkau menemukan kebahagiaan, karena berbicara engkau mendapat kematian, karena berbicara engkau akan menemukan kesusahan, dan karena berbicara pula engkau mendapat sahabat." (Nitisastra, Sargah V. bait 3)
- "Tidak mampu mengabdi dalam kemanusiaan, jangan katakan telah mengabdi kepada Tuhan." (Lun Yu)
- "Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari Muslim)
- "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
Seni Berhenti
Seni Berhenti
Terus berlari, itulah ciri dominan kehidupan modern. Di sekolah berlari agar cepat lulus. Di tempat kerja berlari agar naik pangkat. Di rumah pun berlari karena dikejar target. Sehingga mudah ditebak, kehidupan jadi mudah lelah. Lebih dari sekadar lelah, energi untuk hidup segar bugar di hari ini jadi hilang. Kreativitas dan vitalitas hidup lenyap entah ke mana.
Dulunya, banyak orang berasumsi semakin keras seseorang berusaha maka semakin bagus hasilnya. Ini yang menyebabkan orang berkejaran dan berlari. Sekarang, setelah bumi ini digoda cuaca ekstrim, angka bunuh diri menaik, WHO meramalkan sakit mental akan sangat mengkhawatirkan di tahun 2020, sudah saatnya merenungkan ulang hidup yang berlari. Sekaligus mulai mempelajari seni berhenti.
Seni berhenti bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan mendalami wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Di tingkat berlari, kebahagiaan berarti terpenuhinya keinginan. Karena keinginan berlari maka hidup pun berlari. Di tingkat berhenti, kebahagiaan berarti mengembangkan rasa berkecukupan di dalam. Berkecukupan membuat seseorang mudah mengalami keterhubungan. Keterhubungan inilah sumber banyak keberlimpahan.(kkgp)
Terus berlari, itulah ciri dominan kehidupan modern. Di sekolah berlari agar cepat lulus. Di tempat kerja berlari agar naik pangkat. Di rumah pun berlari karena dikejar target. Sehingga mudah ditebak, kehidupan jadi mudah lelah. Lebih dari sekadar lelah, energi untuk hidup segar bugar di hari ini jadi hilang. Kreativitas dan vitalitas hidup lenyap entah ke mana.
Dulunya, banyak orang berasumsi semakin keras seseorang berusaha maka semakin bagus hasilnya. Ini yang menyebabkan orang berkejaran dan berlari. Sekarang, setelah bumi ini digoda cuaca ekstrim, angka bunuh diri menaik, WHO meramalkan sakit mental akan sangat mengkhawatirkan di tahun 2020, sudah saatnya merenungkan ulang hidup yang berlari. Sekaligus mulai mempelajari seni berhenti.
Seni berhenti bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan mendalami wajah kebahagiaan yang lebih dalam. Di tingkat berlari, kebahagiaan berarti terpenuhinya keinginan. Karena keinginan berlari maka hidup pun berlari. Di tingkat berhenti, kebahagiaan berarti mengembangkan rasa berkecukupan di dalam. Berkecukupan membuat seseorang mudah mengalami keterhubungan. Keterhubungan inilah sumber banyak keberlimpahan.(kkgp)
Senin, 24 Februari 2014
Pendidikan Islam
Sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam hendaknya kita mengetahui sejauh mana pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi pengetahuan tentang pendidikan Islam sangat minim yang berakibat tindakan dan tingkah lakunya tidak layak disebut sebagai orang Islam.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal
ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi
dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih
bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh
itu mempunyai kebaikan dan
kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya
ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia
menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia
segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang
dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu
mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor
yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh
terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini
digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal
penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya
Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia,
karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan
demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan,
kemiskinan dan terpecah belah.
Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikanmerupakan
kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan
pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila
kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat
menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan
yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam
pertumbuhan.
Pendidikan Islam
memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat
Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah
(mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan
mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman
Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah
dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap
pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang
tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah
(pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan
dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan
kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang
dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan
memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya
bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan
tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah
sebagai Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil
ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa
pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada
penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq
yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca
dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan
kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan,
maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan.
Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang
akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.
Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyahmerupakan
hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya
di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah
ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik
diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang
kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang
lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak
kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik
adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas
diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni
telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang
lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan
maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik,
yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu
Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi
(18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan
tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan
mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah
kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan
teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos
tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
Langganan:
Postingan (Atom)